Bahasa non formal
by andri s hernadi on Nov.22, 2009, under
Diserbu Polisi
Sejak saat itu, Jack Kevorkian memperoleh julukan ‘Dr. Death’. Sampai saat ini sudah 130 pasien yang ditolongnya. Kadang dilakukan secara terbuka, kadang tertutup atas permintaan keluarga pasien.
Dulu publik Amerika masih merasa tabu membicarakan masalah ‘penjagalan’ ini, kini tidak lagi. Menurut beberapa pengritik, mesin pembunuh ciptaan dr. Kevorkian yang sederhana ini, meski di satu sisi menyelesaikan masalah kompleks di seputar pasien, di sisi lain berpotensi mendatangkan masalah juga. Beberapa mengkhawatirkan terjadinya situasi seperti dalam novel ‘Animal Farm’-nya George Orwell yang terkenal itu. Bisa saja ada pihak tertentu yang kemudian memanfaatkan organ-organ tubuh pasien dr. Kevorkian. Begitu pun menurut jajak pendapat, sebagian besar penduduk Amerika oke-oke saja terhadap aksi dr. Kevorkian.
Kini setiap bulan dr. Kevorkian mendapat 50-100 pucuk surat dan telepon ‘lamaran’ dari orang-orang yang ingin menjadi pasiennya. “Tapi kami sangat selektif dalam memilih pasien karena setiap tindakan kami tak lepas dari intaian polisi bersenjata lengkap,” ujar dr. Kevorkian.
Sekali peristiwa pada 6 September 1996 di Quality Inn di Bloomfield—tempat Judith Curren dan beberapa pasien dr. Kevorkian mengakhiri hidupnya—Kevorkian sedang memberi tahu proses ‘keberangkatan’ pada Issabel Correa (60), penderita kelainan sumsum tulang belakang, ketika tiba-tiba enam orang polisi menyerbu masuk.
Mereka memeriksa dus-dus botol infus dan kaset yang berisi rekaman keinginan para pasiennya. Setelah memeriksa semua yang hadir, para polisi itu pergi. Barulah setelah itu, dr. Kevorkian bisa beraksi.
Menurut pengamatannya, dalam menghadapi ajal ada pasien yang riang bahkan bercanda, tapi umumnya sedih. Mereka berbaring sambil bergumam; biasanya sebelum ‘berangkat’ mereka mengatakan sesuatu. Dari semua kasus yang paling sulit adalah kasus Judith Curren. “Bukan karena penyakitnya, tapi karena hubungan kami yang bertahun-tahun sudah telanjur erat,” ujar dr. Kevorkian.
Sejak saat itu, Jack Kevorkian memperoleh julukan ‘Dr. Death’. Sampai saat ini sudah 130 pasien yang ditolongnya. Kadang dilakukan secara terbuka, kadang tertutup atas permintaan keluarga pasien.
Dulu publik Amerika masih merasa tabu membicarakan masalah ‘penjagalan’ ini, kini tidak lagi. Menurut beberapa pengritik, mesin pembunuh ciptaan dr. Kevorkian yang sederhana ini, meski di satu sisi menyelesaikan masalah kompleks di seputar pasien, di sisi lain berpotensi mendatangkan masalah juga. Beberapa mengkhawatirkan terjadinya situasi seperti dalam novel ‘Animal Farm’-nya George Orwell yang terkenal itu. Bisa saja ada pihak tertentu yang kemudian memanfaatkan organ-organ tubuh pasien dr. Kevorkian. Begitu pun menurut jajak pendapat, sebagian besar penduduk Amerika oke-oke saja terhadap aksi dr. Kevorkian.
Kini setiap bulan dr. Kevorkian mendapat 50-100 pucuk surat dan telepon ‘lamaran’ dari orang-orang yang ingin menjadi pasiennya. “Tapi kami sangat selektif dalam memilih pasien karena setiap tindakan kami tak lepas dari intaian polisi bersenjata lengkap,” ujar dr. Kevorkian.
Sekali peristiwa pada 6 September 1996 di Quality Inn di Bloomfield—tempat Judith Curren dan beberapa pasien dr. Kevorkian mengakhiri hidupnya—Kevorkian sedang memberi tahu proses ‘keberangkatan’ pada Issabel Correa (60), penderita kelainan sumsum tulang belakang, ketika tiba-tiba enam orang polisi menyerbu masuk.
Mereka memeriksa dus-dus botol infus dan kaset yang berisi rekaman keinginan para pasiennya. Setelah memeriksa semua yang hadir, para polisi itu pergi. Barulah setelah itu, dr. Kevorkian bisa beraksi.
Menurut pengamatannya, dalam menghadapi ajal ada pasien yang riang bahkan bercanda, tapi umumnya sedih. Mereka berbaring sambil bergumam; biasanya sebelum ‘berangkat’ mereka mengatakan sesuatu. Dari semua kasus yang paling sulit adalah kasus Judith Curren. “Bukan karena penyakitnya, tapi karena hubungan kami yang bertahun-tahun sudah telanjur erat,” ujar dr. Kevorkian.
Pencarian
Followers
about me

- andri s hernadi
- Bekasi, Indonesia
- Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar. In this life we cannot always do great things. But we can do small things with great love
0 komentar